GEMPA BELUM BERAKHIR SULAWESI DAN MALUKU MASIH TERIMA GUNCANGAN GEMPA
![]() |
GEMPA BELUM BERAKHIR SULAWESI DAN MALUKU MASIH TERIMA GUNCANGAN GEMPA |
BMKG menyatakan bahwa gempa itu terletak 1,68 derajat lintang utara dan 126,37 derajat bujur timur. Situs web US Geological Survey (USGS) juga melaporkan gempa tersebut, mencatat bahwa gempa itu berkekuatan 6,1, dengan pusat gempa berlokasi di Bitung, Sulawesi Utara.
Kepala pusat vulkanologi untuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kasbani, mengatakan gempa diukur pada skala III dari Modifikasi Mercalli Intensity (MMI) oleh Pos Pengamatan Gunung Berapi Karangetang di Sulawesi Utara.
Pos pengamatan gunung berapi Awu dan Dukono di Sulawesi Utara dan Maluku Utara, masing-masing, juga merasakan gempa tersebut. Kedua pos mencatatnya pada skala II dari MMI.
Kasbani menjelaskan bahwa daerah di sekitar pusat gempa terdiri dari tanah alluvium dan sedimen tersier. Gempa bumi terasa lebih kuat di sekitar daerah itu karena formasi batuan lepas.
Gempa ini terkait dengan aktivitas subduksi punggungan Mayu, katanya, menambahkan bahwa itu tidak cukup kuat untuk menyebabkan tsunami.
Kasbani mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan waspada jika terjadi gempa bumi lagi.
Jangan percaya informasi dari sumber yang cerdik, dan tetap tenang selama situasi ini, katanya. Sejauh ini, tidak ada korban yang dilaporkan.
Sementara itu, gempa bumi juga melanda Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada hari Minggu. Gempa berkekuatan 5,7 melanda daerah itu pada pukul 9:32 waktu setempat, dengan pusat gempa berada 53 km sebelah barat dari kabupaten pada kedalaman 10 km.
Kepala BMKG, Palu Cahyo Nugroho, mengatakan gempa lain telah berdampak pada daerah itu delapan kali sampai sore.
Gempa bumi tidak berpotensi menyebabkan tsunami, kata Cahyo.
Situs web USGS melaporkan gempa berkekuatan 5.4 skala Richter di Sulawesi Tengah, dengan pusat gempa di darat. Itu juga mencatat gempa 4,7 skala Richter pada tanggal 23 Maret tidak jauh dari yang ada di Sulawesi Utara. Dikatakan pusat gempa adalah 141 km barat laut dari Tobelo di Maluku Utara.
Juru bicara pemerintah Poso, Armol Songko, mengatakan kepada The Jakarta Post bahwa tidak ada korban.
Umat paroki melarikan diri dari gereja ketika gempa melanda, katanya.
Armol juga melaporkan bahwa beberapa gereja di desa Labone, Kecamatan Pamona Utara, mengalami kerusakan kecil sementara kuil-kuil di desa Meko rusak berat.
Tidak ada warga yang mengosongkan rumah mereka. Mereka hanya duduk di luar untuk mengantisipasi gempa lain, tambahnya.
Gempa bumi di Poso juga dirasakan oleh warga Palu yang tinggal sekitar 250 km dari pusat gempa.
Resident Tegar, 21, yang tinggal di Jl. Kijang, mengakui bahwa dia dengan panik melarikan diri dari rumahnya karena gempa.
Pada 28 September, gempa berkekuatan 7,5 skala Richter melanda Palu dan Donggala, memicu tsunami dan pencairan tanah.
Bencana menewaskan lebih dari 2.000 orang dengan sekitar 5.000 dilaporkan hilang.
Badan Mitigasi Bencana Nasional mengatakan gempa itu disebabkan oleh sorong dorong Palu-Koro yang membentang dari Palu ke Teluk Bone. Sesar Palu-Koro sangat aktif dan gerakannya mungkin menyebabkan tanah longsor bawah tanah yang memicu tsunami.
Post A Comment:
0 comments: