MENGAPA INDONESIA HARUS BATASI RELAWAN ASING YANG INGIN MEMBANTU SULAWESI
MENGAPA INDONESIA HARUS BATASI RELAWAN ASING YANG INGIN MEMBANTU SULAWESI
|
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mencatat bahwa akan sulit untuk mengelola sejumlah besar pekerja bantuan asing tanpa sistem pengawasan yang jelas, mengatakan bahwa pihaknya menyambut semua bantuan asing, selama ada koordinasi dengan lembaga atau lembaga yang relevan.
Membiarkan orang asing memasuki daerah yang dilanda bencana tanpa batasan dan manajemen yang jelas hanya akan memberikan tugas lebih banyak, kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, seraya menambahkan bahwa pemerintah sebelumnya telah mengeluarkan peraturan tentang masalah tersebut.
Berdasarkan peraturan pemerintah 2018 tentang keterlibatan lembaga internasional dalam bantuan bencana, lembaga internasional dan LSM diperbolehkan untuk membantu dalam upaya penanggulangan bencana asalkan mereka bekerja sama dengan lembaga setempat.
Lebih lanjut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa kebijakan semacam itu tidak dimaksudkan untuk mencegah bantuan atau sukarelawan memasuki Sulawesi Tengah tetapi untuk memastikan bahwa mereka terlebih dahulu berkoordinasi dengan tim atau lembaga nasional.
Berita terbaru beredar mengatakan bahwa kami telah mengusir para sukarelawan asing, tetapi apa yang terjadi adalah kami meminta mereka berkoordinasi dengan lembaga lokal sebelum kedatangan mereka, kata Arrmanatha kepada The Jakarta Post pada hari Rabu.
Pemerintah, katanya, menyarankan semua bantuan asing, termasuk relawan, untuk memasuki negara hanya setelah mereka berkoordinasi dengan dan menerima persetujuan dari Kementerian Luar Negeri untuk bantuan dari pemerintah ke pemerintah, atau dari Palang Merah Indonesia (PMI) atau negara LSM-LSM yang berafiliasi untuk bantuan dari lembaga independen.
Tim Penyelamatan dan Pemulihan Nasional sedang menasihati para pekerja bantuan atau relawan yang telah menyelesaikan pekerjaan mereka untuk tidak lagi tinggal di Palu, sehingga memungkinkan orang lain yang perlu berada di Palu untuk masuk, tambahnya.
Secara terpisah, kepala mitigasi bencana di Palu dan Sulawesi Tengah kabupaten Sigi dan Donggala, Kolonel Agus Sasmita, mengatakan jumlah pekerja bantuan yang telah dikerahkan ke daerah yang terkena dampak telah meningkat.
Hingga hari Rabu, lebih dari 1.000 pekerja bantuan baik asing maupun lokal telah memasuki Palu, Sigi dan Donggala. Tim medis dari Portugal bahkan mengunjungi desa Lindu yang terpencil di Kabupaten Sigi untuk membantu proses pemulihan.
Kami membawa tim medis ke desa Lindu menggunakan helikopter, kata Agus, seraya menambahkan bahwa pekerja bantuan asing harus dibantu oleh mitra lokal atau LSM mereka.
Sementara itu, seorang pejabat PMI, I Gede Sudiartha, mengatakan semua perwakilan dari Palang Merah Internasional masih berada di Palu. Mereka berasal dari sembilan negara dan setiap negara mengirim lima pejabat.
Sudiartha adalah salah satu anggota PMI yang telah membantu orang asing di daerah yang dilanda bencana.
Direktur misi United States Agency for International Development (USAID) Erin McKee mengatakan secara terpisah bahwa, terlepas dari kebijakan Indonesia mengenai relawan asing, personel lembaga di Sulawesi Tengah tidak mengalami kesulitan dalam memberikan bantuan. USAID juga belum menerima keluhan dari pekerja bantuan tentang pertemuan yang tidak menyenangkan karena status relawan asing mereka.
Kami telah bekerja dengan mitra lokal di lapangan. Kami memiliki kemitraan jangka panjang dengan PMI, katanya, seraya menambahkan bahwa AS siap untuk Indonesia selama diperlukan.
Gempa kuat yang melanda Sulawesi Tengah pada 28 September diikuti oleh tsunami dan pencairan tanah, yang menewaskan sedikitnya 2.045 jiwa pada hari Rabu.
Semua mayat telah dikuburkan di pemakaman umum, 969 di antaranya dimakamkan secara massal.
Post A Comment:
0 comments: