3 MAHASISWA BERHASIL CIPTAKAN ALAT PENDETEKSI KORBAN GEMPA
3 MAHASISWA BERHASIL CIPTAKAN ALAT PENDETEKSI KORBAN GEMPA |
Adin Okta Triqadafi, Satrio Wiradinata Riady Boer dan M. Rikza Maulana menyebut penemuan mereka Deoterions, yang merupakan singkatan untuk detektor titik posisi yang saling berhubungan. Mereka mengatakan fakta bahwa Indonesia rentan terhadap gempa bumi dan memiliki banyak jalur patahan aktif di seluruh kepulauan telah menginspirasi mereka untuk membuat perangkat.
Tujuan dari penemuan ini adalah untuk mempercepat pertolongan para korban dengan menemukan posisi mereka di bawah puing-puing setelah gempa bumi, Rikza, salah satu anggota tim mengatakan kepada The Jakarta Post pada hari Jumat.
Adin juga mengatakan bahwa karena masih belum ada teknologi untuk menemukan korban gempa, tim SAR biasanya hanya mengandalkan excavator, anjing pelacak dan teriakan minta tolong dari para korban.
Deoterions, yang hanya seukuran kartu kredit, harus diperoleh sebelumnya dan sudah menjadi milik korban, baik melekat pada ponsel atau disimpan dalam dompet. Perangkat itu bisa mengirimkan sinyal frekuensi radio 915 Mghz sejauh 10 kilometer dari posisi korban. Sinyal itu dapat diterima oleh pengguna Deoterions lain.
Para korban tidak perlu mengaktifkan perangkat; pengguna Deoterions lain dapat mengaktifkannya. Akan ada tanda hijau berkedip di layar ponsel mereka; jika flash menjadi lebih cepat itu berarti mereka lebih dekat ke lokasi korban, kata Adin.
Perangkat juga dapat menentukan kondisi korban. Jika dia kehilangan kesadaran, layar ponsel penyelamat yang berusaha menemukan korban akan berkedip dengan sinyal merah.
Deoterions memiliki paten dari [Direktorat Jenderal] Hak Kekayaan Intelektual, tapi kami belum memasukkannya ke Play Store. Kami masih ingin menyempurnakan perangkat, tambahnya.
Tim mengatakan yakin perangkat itu juga dapat digunakan untuk menemukan korban tanah longsor dan kecelakaan pesawat.
Post A Comment:
0 comments: