ACARA FESTIVAL DANSA DAN SENI BERUJUNG BENTROK DENGAN ORMAS SETEMPAT

ACARA FESTIVAL DANSA DAN SENI BERUJUNG BENTROK DENGAN ORMAS SETEMPAT
Seniman dan mahasiswa saling bentrok dengan anggota organisasi massa setempat dalam perayaan Hari Dansa Dunia di Pontianak, Kalimantan Barat, pada Senin malam. Acara yang diprakarsai oleh fakultas seni Universitas Tanjungpura (UNTAN) dan Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Pontianak hampir berakhir ketika anggota organisasi massa lokal Laskar Pemuda Melayu dan beberapa personil Badan Urusan Publik (Satpol PP) tiba di tempat di Digulis Square sekitar pukul 21:30

Kepala divisi ekonomi kreatif agensi, Harry Ronal, mengatakan anggota Laskar Pemuda Melayu mengatakan kepada orang banyak untuk meninggalkan tempat atau mereka akan melanjutkan dengan kekerasan.

Beberapa siswa dari UNTAN yang hadir di acara itu menolak, mengakibatkan pertengkaran fisik yang hebat, kata Harry kepada The Jakarta Post di telepon, menambahkan bahwa kepala fakultas seni UNTAN termasuk di antara mereka yang terluka.

Dia mengatakan Laskar Pemuda Melayu dituntun untuk percaya bahwa acara tersebut telah menjadi tuan rumah pertunjukan tari menyimpang secara moral berdasarkan pada siaran video viral melalui WhatsApp.

Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengirim personil Satpol PP untuk mengamankan tempat itu, bukan untuk membubarkan acara tersebut, tambahnya.

Saya ingin mengklarifikasi bahwa walikota Pontianak mengirim Satpol PP ke venue untuk memastikan keselamatan publik bukan untuk membubarkan acara untuk mengatasi kemungkinan gangguan setelah siaran video viral di WhatsApp, kata Harry.

Perayaan Hari Dansa Dunia adalah acara resmi. Itu diprakarsai dan didukung oleh pemerintah Pontianak. Tidak mungkin walikota ingin membubarkannya.

Dia mengatakan anggota agensi, perwakilan UNTAN dan seniman bertemu dengan walikota setelah acara pada dini hari Selasa untuk membahas kekerasan yang telah terjadi. Kasus itu dilaporkan ke polisi setempat, menurut Harry.

Perayaan Hari Dansa Dunia Senin di Pontianak menampilkan lebih dari 700 penari lokal, masing-masing menonjolkan budaya mereka sendiri.

Komposer musik yang berbasis di Pontianak, Nursalim Yadi Anugerah, menyesalkan kekerasan tersebut, dengan mengatakan insiden tersebut menunjukkan bahwa beberapa anggota masyarakat masih sangat rentan terhadap informasi yang salah.

Beberapa orang sayangnya masih sangat tertarik pada fakta memetik ceri dan menempatkan narasi berbelit-belit di sekitar mereka yang sesuai dengan pandangan mereka, kata Nursalim kepada Post.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: